Teknik Menulis Itu... Nggak Rumit



Bagi sebagian blogger, menjadi seorang penulis mungkin adalah cita-citanya. Mereka menjadikan blog sebagai tempat untuk “membuang” tulisan-tulisan agar semakin terlatih jadi penulis. Bahasa kerennya, biar makin nambah jam nulisnya gitu. Sebenarnya nggak perlu harus tulisan cerpen, cerita-cerita prosa, puisi, atau kisah-kisah fiksi selalu kok. Dari kisah sehari-hari juga bisa jadi sebuah cerita yang layak untuk dibaca.

Nah, ngeliat dari beberapa gyerz yang kayaknya niat banget buat jadi penulis, atau sebenarnya berbakat tapi dia nggak sadar, ini aku kasih info yang berhasil didapat waktu acara Kampus Fiksi. Masih tentang teknik menulis. Karena kalo memang mau jadi penulis, ya tekniknya harus mantap dulu. Anggap aja kayak mau nembak, harus mantap niat dan modalnya dulu, kan? Buat yang nggak berminat juga nggak pa-pa, baca aja. Siapa tau nasib mengubahmu beberapa bulan ke depan.

Baik, kelamaan opening. Check it out~

Alur cerita
Alur cerita adalah jalan cerita. Alur ini bebas bentuknya. Mau mundur, maju, atau maju-mundur. Seterah. Nah, buat bisa mengalirkan cerita, kamu harus punya dulu gambaran jalan cerita. Sama gebetan aja kamu punya gambaran hubungan masa depan, ‘kan? Masa cerita nggak... Hmm. Sebenarnya tiap penulis punya cara sendiri buat mengalirkan cerita. Tapi, tips buat penulis pemula, cobalah buat outline pertama kali. Kamu bikin dulu gambaran umum ceritanya tentang apa. Terus bikin detail per bagian bab-nya kayak gimana. Nama tokoh, bentuk fisik, karakter, masalah, twist, penyelesaian dan sampai ke ending. Ini sebenarnya memudahkan kalau kamu lupa danmentok ide.

Terus, alirkan ceritamu lewat narasi dan dialog. Pokoknya dikombinasikan secara proporsional deh jangan berat sebelah. Jangan masukin narasi dan dialog yang nggak penting dan gak akan membangun cerita. Basa-basi sih boleh, tapi kalau kebanyakan yang ada basi beneran ceritanya. Juga, jangan mengulang narasi yang udah kamu ceritain sebelumnya. Itu bikin bosen. *inget postingan Bang Edotz tentang temennya*.

Setting
Maksud setting di sini adalah latar cerita. Tiap cerita pasti butuh latar dong. Nggak mungkin juga kamu jalan sama pacar/gebetan/mantan dengan latar cuma layar putih. Mana asik-_- sama halnya dengan cerita. Latar itu bukan hanya lukisan, tapi juga mencakup suasana emosi yang terbangun dalam tokoh ceritamu. Setting bisa dibangun dengan dua cara. Dialog dan narasi (again). Biasanya kesalahan penulis adalah menggambarkan setting terlalu dalam lewat narasi. Kamu mau nulis apa live report?

Coba bandingkan dua contoh di bawah.

Contoh 1: 
Dari pantai ini, tepat di bawah pohon kelapa, aku bisa menikmati embusan angin yang bertiup sepoi-sepoi, seakan membisikanku untuk mensyukuri nikmat Tuhan yang begitu indah. Beberapa meter di hadapanku, hamparan laut terbentang begitu luas tanpa batas. Ombak putih bergulung-gulung cepat dan memudar di bibir pantai. Airnya jernih berwarna kebiruan. Sedikit silau karena cahaya matahari memantul di sana. Sang Raja Singa itu mulai merangkak naik menunjukkan bahwa hari mulai siang. Tapi aku masih bertahan di sini. Sambil menikmati suara merdu deburan ombak, tanganku menggenggam pasir putih yang cantik dan terasa lembut. Sungguh, aku tidak ingin beranjak dari tempat ini.

Contoh 2: 
Matahari mulai merangkak naik nyaris berada tepat di atas ubun-ubun. Tapi aku masih menikmati suasana pantai di sini sambil berjalan menyusuri bibir pantai yang pasirnya begitu putih dan bersih.
“Kenapa kamu suka pantai ini?” tanya laki-laki yang berjalan di samping menggandeng lenganku.
“Pantai ini cantik. Pasirnya putih, airnya jernih.” Aku menatap hamparan birunya air laut seperti cermin karena cahaya matahari terpantul di sana.“Liat nih.” Aku tiba-tiba berjongkok dan menyiduk air laut—hasil dari ombak yang memudar di bibir pantai—dengan tangan kananku.
Lelaki itu menjatuhkan pandangan pada air pantai, lalu menatapku dan tersenyum. Sejenak aku terbius oleh senyumannya. Mata kami saling terpaku untuk beberapa detik. Angin pantai yang berembus lembut melengkapi momen indah kami saat itu. Semuanya terjadi dalam gerak lambat.
“Terus, apa lagi?” laki-laki itu berdiri sambil menarik lengan kiriku. Kami kembali berjalan pelan-pelan.
Aku berhenti dan menatapnya. “Kamu tutup mata dan dengerin suara ombaknya.” Kami mulai menutup mata bersamaan dan memusatkan pendengaran kami pada suara deburan ombak. Suara merdu begitu menggelitik telinga kami. Menenangkan.

Penokohan
Di dalam cerita, wajib ada tokoh. Ya iyalah, nanti yang ngejalanin itu cerita siapa? Cerita tanpa tokoh itu ibarat orang tanpa pasangan dan teman. Hmm, kerasa kan hambarnya kayak apa?

Tokoh itu ada tokoh utama dan sambilan—tokoh yang mendukung tokoh utama. Semua tokoh itu harus diciptakan karakternya. Mulai dari watak, kebiasaan harian, sampai fashion-nya. Perannya pun harus jelas dan terang. Penokohan itu harus diciptakan secara logis. Misalnya, pas bagian awal, tokoh utama cewek itu rambutnya pendek sedagu. Seminggu kemudian rambutnya tiba-tiba sepunggung. Nah, loh? Kalau ada perubahan yang signifikan gitu, harus dijelaskan. Misalnya rambutnya disambung karena dia bosen. Atau apa kek gitu.

Coba aja kamu bayangin, mantan yang kemarin semangat minta putus dengan alasan kamu terlalu baik, terus tiba-tiba besok dia ngajak balikan. Nggak ada angin nggak ada hujan, gak logis, kan? Mungkin alasannya, dulu dia minta putus karena udah ngegebet orang lain. Pas besok nembak, dia ditolak. Jadi balik lagi ke kamu deh :)


Konflik
Ini bisa dibilang bagian penting sebuah cerita. “Jantung”-nya sebuah cerita. Kamu udah berhasil membangun alur, latar, dan penokohan.Tapi tanpa adanya konflik, ceritamu akan terasa datar, flat, dan nggak bermakna. Konflik itu ibarat berantem dalam pacaran. Kayak yang Bang Radit bilang, berantem itu ibarat bumbu masakan dalam pacaran. Kalau masak nggak pake bumbu, nggak enak kan? Hambar. Pacaran juga kalau nggak ada berantemnya nggak seru. Nah, cerita pun gitu. Tanpa konflik, sebuah cerita akan terasa hambar. Tapi, kalau bumbunya kebanyakan juga makanannya nggak enak. Pacaran juga kalau kebanyakan berantem nggak enak. Cerita pun kebanyakan konflik nggak enak.

Boleh, sih, banyak. Selama kamu bisa mengaturnya dengan baik. Tapi tetap ya, konflik utamanya harus ada satu. Usahakan konflik yang bikin greget, bikin emosi pembaca terkuras, bikin pembaca kesel, marah-marah, ikut nangis, atau kalau bahagia ya bikin pembaca ikut ketawa dan tersenyum. Pokoknya, cari konflik yang nggak flat kayak jalan tol. Bangun konflik secara dramatis, tapi jangan terlalu lebay juga sih. Niatnya mau bikin pembaca “terseret” sama ceritamu, yang ada malah pembaca tutup buku dan meninggalkan ceritamu karena lebay. Duh, jangan sampe...


Ending
Setiap cerita tentu akan memiliki akhir. Sekalipun kamu bikin novel romance setebal 500 halaman, tetap akan ada akhirnya. Nah, akhir itulah yang dimaksud ending. Tapi, ending juga nggak harus berupa akhir cerita tokoh kok. Misalnya tokoh utamanya menikah, punya anak dan hidup bahagia. Atau mati bunuh diri. Nah, makanya kita kenal yang namanya ending menggantung. Pernah baca novel yang ending-nya menggantung? Rasanya gimana? Gemes ya? Iya, kayak aku gitu ngegemesin. *minta dijitak*.

Eh tapi bener, sebenernya ending menggantung itu sah kok. Aku pun sering baca cerita yang ending-nya menggantung. Ada yang bener-bener menggantung, ada yang menggantung tapi mengarahkan pembaca ke “kanan” atau “kiri”.Misalnya kayak dua tokoh yang udah lama nggak ketemu. Terus pas ketemu mereka sama-sama nggak bisa ngomong saking kagetnya. Si cewek memutuskan buat pergi dan si cowok nyesel karena udah membiarkan cewek itu pergi. Akhirnya dia mencoba buat ngejer si cewek itu dan janji buat nggak melepaskannya lagi. Tamat.

Itu menggantung, kan? Pembaca nggak tau si cowok berhasil mengejar si cewek atau nggak. Tapi, pembaca diarahkan ke ending yang “happy”. Keliatan dari dialog sendiri si tokoh cowok kalau dia nggak mau menyia-nyiakan si cewek lagi.Mau ending menggantung atau nggak, itu seterah kamu sih. Yang jelas, poin penting bikin itu adalah yang menyentak! Yang menampar. Menggemaskan. Mengejutkan. Atau bahasa Cherybelle-nya yang istimewa!

Baiklah, segitu aja info yang bisa dikasih. Semoga bener-bener membantu kalian ya. Niat atau nggak niat jadi penulis, apa salahnya memperluas informasi dan ilmu^^


With love,
Dwi Sartikasari
Teknik Menulis Itu... Nggak Rumit Teknik Menulis Itu... Nggak Rumit Reviewed by Blogger Energy on 18:32 Rating: 5

42 comments

  1. Wah ini bermanfaat sekali, Kak Dwi! Jadi kalo ngelakuin apa-apa kudu setidaknya enggak buta teknik, ya.. menulis juga. Sebenernya meskipun buta teknik seorang penulis tetep bisa nulis bagus, tapi tahap untuk nulis bagusnya lama banget. Beda kalo tau teknik, bisa lebih cepet berkembang.

    Tapi yang contoh satu sama contoh dua ceritanya beda, yang pertama terkesan duduk sendirian, dan yang kedua duduknya berdua. Jadi kayaknya kalo si tokoh sedang tidak punya temen untuk dialog, penggambaran setting-nya ya.lewat narasi, kayaknya ._. Tapi yang cpntoh kedua lebih hidup ceritanya..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya bener Hud, jangan buta sama sekali. Kalau awalnya nggak bisa, ya harus belajar.

      Iya beda, makanya biar sebuah cerita nggak monoton, giliran tokohnya ada 2, coba dikombinasikan sama dialog. Soalnya kalo sendiri pasti gak mungkin ada dialognya.

      Delete
  2. sangat bermanfaat wi! setidaknya gua sekarang kalo mau nulis ada konsepnya terlebih dahulu, gak cuma asal nulis yang berujung ide mentok dan tulisan masuk draft terus.
    thanks wi, thanks juga buat gyerz rangers yang wktu itu ngasih saran ke gua di #BErdiskusi :3

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya makanya jangan dimasukin draft terus ri... Haha. Okeee sama-sama.

      Delete
  3. Kalo ini semua, saya sudah mengerti. Hanya saja, belum bisa merangkai kata untuk buat sinopsis :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mending banyak praktik sambil baca teknik daripada tau banyak teknik tapi nggak pernah praktik :D

      Delete
  4. ehhh dapat dari kampus fiksi juga ya?

    pernah ikutan kampus fiksi juga aku :))

    nulis fiksi tu buatku lebih susah ketimbang non fiksi
    hrs bner2 bisa berimajinasi tapi yang real dan ga terkesan ngayal bgt/mengada-ada...

    ReplyDelete
  5. bikin penokohan dan karakteristik tokohnya itu juga lumayan susah hehe
    harus konsisten dari awal mpe akhir :-D

    ReplyDelete
  6. Makasih byk udh memberikan tekniknya. Ternyata gak rumit ya. Yang penting kita harus sering berlatih. Iya kan?

    Semangat menulis jadi nambah nih, hehehe. :D

    ReplyDelete
  7. wow... istimewa... haha

    terimakasih banyak infonya bang, jadi kepengen menulis cerita nih.

    ReplyDelete
  8. makasih udah rela berbagi info Dwi~
    semoga semakin banyak yang tercerahkaaaan~~

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya aamiin Bang. Semoga juga nggak sekadar omongan, "Aku jadi semangat nih mau nulis."

      Delete
  9. Wah, tips-tipsnya bagus, terutama di bagian penceritaan setting cerita/latar.

    Salah satu kesulitan yang paling sering orang lain alami adalah bagaimana memulai cerita itu. Ada yang bisa kasih tips soal ini?
    *menunggu jawaban*

    ReplyDelete
    Replies
    1. Maksudnya semangat memulai, Kak? Atau cara memulai bikin cerita?

      Delete
    2. Salah satu kesulitan terbesar buat aku ya itu, cara memulai bikin cerita. Dwi punya tips?

      Delete
    3. Coba buat awalan, bikin kegiatan yg dilakukan. Misal si tokoh yg lagi bertenggkar, atau lagi lari dikejar mafia, atau lagi nangis karena diputusin. Kenalin latar belakang konflik di awal cerita. Usahain jgn bikin deskripsi yg ngebosenin gitu Kak.

      Smg membantu :D

      Delete
  10. Bermanfaat banget. Itung-itung menambah perbendaharaan cara menulis tips atau 'how to'. Aku kalau menulis fiksi gak pakai kerangka, itu ada kelemahannya. Tapi untuk nonfiksi kayak artikel atau resensi/review buku harus pakai kerangka dulu, meski cuma corat-coret beberapa bagian yang dikutip atau diingat.

    ReplyDelete
  11. iya aku setuju dengan cc Dwi. ini tips yang bagusss!! dan semua komponen harus berkolaborasi dengan indah dan menyatu biarr sebuah cerita bisa menusuk sampai ke relung hati. *apasih ya gitu pokoknya, juga yang nggak kalah pentingnya, sebuah cerita harus menyimpan message atau pesan moral, biar tambah asoyyy :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya setuju Kak Mey! Kalo perlu, ada tambahan informasi juga biar ceritanya berisi :)

      Delete
  12. Thanksss ka Dwi tipsnya bermanfaat banget nih :3

    bener banget meskipun nggak pengen jadi penulis, setidaknya kita punya pengetahuan dulu aja itu udah syukur banget setidaknya kita nggak buta akan ilmu :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya sama-sama Fat :)

      Bener. Sama ilmu harus terbuka, terlebih yang bermanfaat.

      Delete
  13. Iya syukurlah kalo bermanfaat :)

    Bukan teknikku loh, aku cuma share aja.

    ReplyDelete
  14. waah mbak dwi yg nulis toh ? gue kirain bang edotz, lagian tumben tulisan bang edotz feminim banget, pantesasn.
    Tipsnya bermanfaat banget mbak, tpi coba dikasih jga buat yg mau nulis cerita non-fiksi, biar nambah ilmu juga, gitu..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Feminin gimana-___-

      Sayangnya kalo nonfiksi aku belum paham banyak Wil, malah belum sama sekali. Tenang, satu-satu dulu dimaksimalin. Kalo udah maksimal, baru belajar yang lain.

      Delete
  15. kalau difikir dan di pahami baik baik sepertinya emang nggak susah sih, tapi ntah kenapa bagi vina itu tetap rumit mikirnya aaaakkk :| kayaknya mesti private sama kak dwi sartika niiii :3

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah kamu terlalu mikir yang berat-berat kali Vin, hahaha. Santai aja, nikmatin. Berimajinasi.

      Boleh, yuk yuk sini dengan senang hati :3

      Delete
  16. Hihihi bermanfaat banget setelah baca ini, asik kak dwi sekarang makin kece aja tulisannya bisa dimuat di dini :D
    Aku pengen banget bisa jago nulis cerpen, tapi setiap mau nulis suka gak dapet cerita yang cocok. Jadi hasilnya yang sering aku posting di blog ya cerita tentang keseharian aku. Sekarang udah selesai baca ini, bisa mulai nyusun-nyusun mau bikin cerepen, ya cerpen sederhana :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah kalau bermanfaat :)

      Coba deh tulisin di notes ide-ide kamu itu. Nanti terbiasa kok. Nggak papa jelek, namanya belajar. Mangat!

      Delete
  17. dapat ilmu lagi dari sini :)
    biasanya aku yang susah itu di ending, pasti endingnya sampe kemana - mana dan gak selesai tu cerita :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makanya itu bikin outline dulu. Jadi seenggaknya ada gambaran umum gimana cerita itu akan berakhir :)

      Delete
  18. Wah tips tipsnya keren banget. sesuai dugaan, ini pasti bukan dari tebe ataupun ranger. karena nggak mungkin tebe sama ranger nulis yang bener bener bermanfaat gini hahahaha. makasih kakak dwi sharing ilmunya
    aku kurang bisa nulis fiksi. mungkin karena belum terlatih kali ya. menurutku non fiksi lebih enak karena alurnya, konfliknya sama tokohnya sudah jelas hahahaha ketahuan banget aku nggak bisa berkhayal..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Parah kukuh! Hahaha. Oke kembali kasih.

      Hidup makin keren kalo bisa menaklukan sesuatu yang dianggap gak bisa, kan? :D

      Delete
  19. ah, Kak Dwi ini memang Istimewa! bukan hanya istimewa di cerita-cerita fiksinya tapi istimewa juga dalam berbagi. memang kalo kita punya ilmu itu alangkah baiknya kita bisa berbagi. toh kalo kita berbagi, ilmu kita juga ga akan hilang dan akan jadi bermanfaat untuk yang lain.

    dan sekarang aku mau berterima kasih untuk kak Dwi yang sudah menularkan sedikit ilmunya untuk belajar menulis fiksi yang baik. yaa meskipun aku jarang menulis fiksi sih, tapi ini bermanfaat banget. Kak Dwi nyeritain secara detail bagaimana menulis fiksi yang baik, dan itu memang ga rumit sebenernya hehe.

    selain itu, Kak Dwi juga ngasih tipsnya disambungin sama kehidupan percintaan. jadi kita bisa lebih gampang memahaminya.

    makasih sekali lagi Kak, semoga sedikit ilmu ini bisa bermanfaat buat semuanya. semoga juga dengan kerelaan Kak Dwi berbagi ilmu itu dibalas dengan yang di Atas amin.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku bukan cherrybelle :D

      Iya kembali kasih, semoga aja bermanfaat. Ya meskipun cuma secuil banget sih, ini nggak ada apa-apanya.

      Aamiin, makasih Rey.

      Delete
  20. Terima kasih kakak untuk tips menulisnya. Ini sangat membantu saya buat karya-karya kepenulisan saya kedepannya.

    ReplyDelete
  21. ada beberapa hal yang mungkin semua orang harus setuju...ada koflik...cerita harus hidup dan lain sebagainya...tapi kalau soal ending yang ngambang....penulis atau pembaca punya persepsi yang berbeda,,,
    AS Laksana sendiri sepetinya lebih suka dengan cerita yang akhirnya menggantung,,pembaca dibiarkan memiliki ruang imajinasi sendiri untuk membuat ending yang mereka suka...
    tasaro GK di beberapa bukunya juga ngambang akhirnya...tapi dengan cara tersebut...pembaca punya ruang dalam mengalirkan imajinasi...

    tutor kayak gini bikin semangat nulis...

    ReplyDelete
  22. Aku bukan cherrybelle :D

    Iya kembali kasih, semoga aja bermanfaat. Ya meskipun cuma secuil banget sih, ini nggak ada apa-apanya.

    Aamiin, makasih Rey.

    ReplyDelete
  23. makasih wi, udah sharing tips2 ini
    kalau gue juga sebisa mungkin sekalian naruh pesan di dalamnya
    jadi ketika ada yang baca, selain bisa terhibur, sekaligus pesan kita bisa tersampaikan

    gue juga kadang baca cerita yang endingnya ngambang, kadang asik sih, tapi kalau yang ngambangnya keterlaluan jadi ga asik
    itu menurut gue :)

    ReplyDelete