[KELIS] Dion Bimasakti : Pilihlah Penerbit dengan Realistis!


Ngomongin profesi penyiar radio, kayaknya itu emang profesi yang keren dan gaul. Semacam kayak artis di kotanya sendiri, tapi gak cukup banyak yang tau. Halah. Ya, mungkin bisa dipersempit lagi, artis di frekwensinya sendiri, gitu lah.

Nah.. kali ini Tebe mau ngobrol sama penulis yang juga berprofesi sebagai penyiar radio, namun masih aja jomlo. Ini memang semacam anomali dalam dunia kepenyiaran, dimana kebanyakan profesi penyiar identik dengan gaul dan punya banyak gebetan yang tinggal pilih aja mana yang mau dijadiin pacar. Tapi penyiar yang ini beda, bisa sekedar dapet gebetan aja rasanya susah.

Nggg... sebenernya kalo mau dilakukan penelitian pake uji sampel segala, sebenarnya banyak sih penyiar yang jomlo.  Amat banyak malah, sampe menghias angkasa.

Penulis ini identitas di KTP-nya berjenis kelamin laki-laki. Namanya Dion, belakangnya  ada embel-embel Bimasakati. Beuh... keren banget Be, namanya. Iya, awalnya Tebe kirain juga gitu. Tapi ternyata Bimasakti itu embel-embel dari nama radionya.

Mungkin kalo besok Tebe kerja di radio repulik Indonesia, mungkin nama Tebe juga bakalan ganti jadi ‘Tebe RRI’. Mungkin berlaku juga kalo Tebe kerja di bank, jadinya ‘Tebe BRI Syariah’. Beuh... Tebe bisa langsung pake peci terus gelar sajadah.

Buat yang belum tau, Dion ini penulis buku yang berjudul Jomblo Saurus. Diliat dari judulnya kayaknya serem banget ya, udah jomblo, saurus lagi. Berarti itu kan udah jadi jomlo dari jaman purbakala banget. Kalo Tebe sih, bukan Jomblosaurus tapi Jombloraurus. Iya, Tebe ‘ra urus sama status jomlo yang melekat dalam diri Tebe selama ini.

Buat kalian yang juga masih punya semangat buat jadi penulis,  simak deh obrolan Tebe sama Dion, sapa tau ada hikmah yang bisa diambil dari obrolan kali ini buat karir kalian sebagai penulis...


Twitter: @DionBimasakti


Hai Dion, gimana kabarnya? Lagi sibuk apa nih akhir-akhir ini?
Hai... Alhamdulillah baik. Akhir-akhir ini lagi sibuk sama profesi baru sih, ngajar. Sama sibuk beberapa kegiatan, diantaranya persiapan nulis buku kedua, diskusi bareng komunitas menulis, dan sibuk mikirin mantan yang akhir-akhir ini agak gendutan.
Oke skip.

Ehm, iya skip aja ya mantannya, nanti Dion lelah malah jadi kurusan.
Bisa diceritain dong bagaimana perjalanan Dion sampe bisa jadi penulis seperti sekarang ini? Sampai akhirnya ketemu dengan penerbit media pressindo..
Jujur gue gak pernah kepikiran bakal menjadi penulis. Sejak kecil gue selalu mendapatkan nilai yang menyedihkan jika mendapatkan tugas mengarang. Ditambah tulisan tangan gue selalu terlihat tidak ‘baik’ untuk kesehatan mata.

Lalu semuanya berubah saat gue SMA kelas 2. Karena tuntutan tugas pelajaran bahasa Indonesia waktu itu semakin membabi buta. Akhirnya gue mulai banyak membuka berbagai jenis buku. Lalu gue bertemu dengan buku-bukunya Raditya Dika. Gue baca, dan gue langsung jatuh cinta dengan tulisan-tulisannya. Dari situlah gue mulai suka menulis, dan sempat juga membuat blog yang berisi tulisan-tulisan labil gue. Selama gue nge-blog, gue sempat membuat beberapa naskah buku tapi selalu berakhir gagal. Lalu saat gue bekerja menjadi penyiar, gue menemukan ‘kegelisahan’ yang pas untuk diceritakan. Gue tulis pengalaman-pengalaman seru gue selama jadi penyiar, dan Alhamdulillah gue bisa menuliskannya dengan lancar sampai akhir.

Soal pertemuan gue dengan penerbit Media Pressindo, semuanya berawal dari kegigihan gue mencari daftar penerbit-penerbit lengkap dengan kriteria persyaratan naskahnya. Gue berhasil mengumpulkan banyak data penerbit, dari situ gue pilah-pilih mana penerbit yang biasa nerbitin buku-buku komedi personal literatur. Akhirnya gue menemukan beberapa penerbit yang pas. Gue pilih Media Pressindo, karena gue tahu penerbit ini sangat ‘terbuka’ kepada penulis-penulis pemula yang belum punya nama tapi punya karya gak kalah dari lainnya. Azeeeg.

Ahahaha~ Ahzeeegg.. btw, apa aja sih kesulitan dalam menyelesaikan novel jomblosaurus?
Kesulitannya ada beberapa sih. Pertama, gue harus membagi waktu antara menulis, kuliah, dan siaran. Sumpah ini gak gampang! Kedua, gue sebagai penulis pemula berusaha membuat tulisan komedi yang gak hanya ketawa-ketiwi saja, tapi di dalamnya ada pelajaran yang bisa diambil oleh pembaca. Atau dalam istilah yang lagi ‘trend’, gue pengin nulis komedi pake hati. Ketiga, gue harus mengingat-ingat kembali kenangan-kenangan pahit. Meskipun agak ‘sakit’, gue mencoba tetap kuat dan menceritakannya dengan detail. Dari situ gue jadi mikir, sekuat apapun kita menghindarinya, pada akhirnya kita memang harus ‘berdamai’ dengan masa lalu. Shiiit!

Lalu, suka duka nulis buku ini apa aja nih?
Sukanya... dengan menulis buku ini gue jadi mencoba jujur kepada diri sendiri. Gue nulisnya mengalir banget sampai akhir. Kalau boleh jujur, gue belum pernah menulis selancar ini. Mungkin selain karena gue menulis kerangka ceritanya dengan baik, gue juga menuliskan apa yang benar-benar gue ‘gelisahkan’, yakni sebagai penyiar yang jomblo bangkotan. Dukanya... luka lama kembali menganga! Astaghfirulloh....

Terus, ada gak bab yang paling disukai di buku jomblosaurus, yang mana coba?
Bab favorit gue, bab terakhir: Penyiar Kesasar. Saking sukanya gue sama bab ini, sampai sekarang gue masih suka baca dan gak pernah bosen. Bukan tanpa alasan, bab itu boleh dibilang berisi renungan-renungan gue. Disitu gue mencoba memaknai hakikat perjalanan kehidupan gue. Setiap kali membaca bab itu gue seperti sedang introspeksi diri.
Dibandingkan dengan bab-bab yang lain, ini adalah bab yang paling lama gue tulis. Saat menulis, gue pengin menjadikan bab ini sebagai bab penutup yang berakhir manis dan ‘ngena’ kepada pembaca. Gue pengin setelah pembaca ketawa sepanjang cerita, menutup buku ini dengan senyum manis.

Setuju! Tebe pas baca bab ini juga terhanyut banget. Kerenlah...
Btw,  gimana sih Dion membagi waktu antara kesibukan kerja sama nulis?
Tadi di awal gue sudah sedikit menyinggung kalau gue agak kesulitan membagi waktu. Soalnya waktu itu gue harus menjalani tiga kegiatan; kuliah, kerja, dan nulis. Kuncinya konsisten, dari kesibukan-kesibukan itu gue dalam sehari menyediakan waktu khusus menulis yang gak bisa diganggu gugat. Gue gak pengin naskah terabaikan gara-gara kesibukan. Mungkin kalau saja waktu itu gue gak tegas, bisa aja sampaii sekarang naskah belum terselesaikan. Menyedihkan.

Terus waktu yang paling asik buat nulis menurut Dion itu kapan?
Ada beberapa waktu sih yang menurut gue asik banget buat nulis. Pertama, tengah malam, meskipun agak mengerikan tapi disaat seperti inilah gue bisa menulis dengan tenang. Satu lagi, pagi hari. Setiap hari mood gue berasa lebih baik, kalau pagi-pagi diawali dengan menulis. Sebisa mungkin gue menghindari menulis saat sore hari. Karena di jam-jam itu anak-anak tetangga gue sedang main dengan gila-gilanya. Lari kesana-kemari sambil teriak-teriak gak jelas, persis kayak ayam lepas. Demi Tuhan, gue gak berani nulis saat sore hari.

Gak berani nulis sore hari karena ada anak kecil kayak ayam lepas ya, haha...
Punya penulis favorit nggak? Kenapa bisa suka sama penulis itu?
Punya. Raditya Dika. Mungkin gue mainstream banget kali ya. Tapi berkat Raditya Dika, gue mulai ‘berani’ menulis. Dari Radit gue juga jadi mengenal apa itu genre komedi personal literatur. Menurut gue, dia penulis komedi yang sangat produktif. Beberapa karyanya juga sudah diangkat ke layar lebar. Jadi kalau gue boleh bermimpi, gue pengin mengikuti kesuksesannya. Doakan...

Setelah sukses ngeluarin buku pertama, ada rencana untuk bikin buku selanjutnya gak?
Ada. Alhamdulillah, gue sudah menyelesaikan persiapan awal menulis. Sekarang sudah mulai mengeksekusi ceritanya. Gak kerasa sudah sampai bab 3. Jika di buku Jomblo Saurus gue banyak berkisah kejombloan. Di proyek buku kedua ini, gue mencoba bercerita tentang persahabatan. Genrenya masih sama, komedi personal literatur. Semoga aja lancar proses penulisannya.

Sip deh.. semoga lancar nulisnya yaa... Ada tips gak nih buat temen-temen Blogger Energy biar bisa nulis dan tembus ke penerbit?
Sebagai penulis yang masih perlu banyak belajar, gue bukan berarti sok-sokan menggurui ya. Yang jelas kalau kamu sudah mendapatkan ide, masaklah idemu dengan matang. Matangkan dengan membuat persiapan sebelum menulis dengan baik. Dari kerangka cerita yang sudah kamu buat, itu akan menjadi ‘peta’ pegangan yang mengantarkan kamu sampai akhir cerita. Sehingga kamu tidak akan berhenti dan tersesat di tengah penulisan.

Selanjutnya, jika naskah sudah jadi. Pastikan sebelum dikirim ke penerbit, naskahmu sudah melalui serangkain proses editing yang ketat. Disarankan juga naskahmu sudah dibaca oleh teman-temanmu. Dari komentar mereka setelah membaca naskah, setidaknya kita jadi tahu seperti apa kualitas naskah kita. Kalau sudah mantap, cari dan pilihlah penerbit yang sesuai dengan naskah yang kamu tulis. Saran gue, pilihlah penerbit dengan realistis!

Terimakasih Dion buat waktu dan kesempatannya. semoga makin sukses ke depannya, ya~
Yups, sama-sama. Amien. Terima kasih juga buat Blogger Energy yang sudah memberikan gue kesempatan untuk berbagi pengalaman. Semoga di belakang gue semakin banyak anak muda yang mau menulis.

***
Begitulah obrolan Tebe dengan Dion Bimasakti yang udah sukses ngeluarin buku pertamanya. Tebe udah baca loh bukunya, dan Tebe akui bukunya cukup menghibur, komedinya dapet, pesannya juga dapet. Satu hal, yang juga Tebe setuju sama Dion adalah, pilihlah penerbit dengan realistis. Kita emang pengen dapet penerbit yang paling wah untuk naskah kita. Tapi kalo emang kita belum bisa masuk kesitu, gak usah dipaksain, cari yang realistis aja.. Melihat buku sendiri akhirnya berjejer di rak gramedia itu udah merupakan suatu kebanggan yang luar biasa buat penulis loh. Jadi, kapan naskah kamu selesai dan siap dikirim ke penerbit?
[KELIS] Dion Bimasakti : Pilihlah Penerbit dengan Realistis! [KELIS] Dion Bimasakti : Pilihlah Penerbit dengan Realistis! Reviewed by Blogger Energy on 09:44 Rating: 5

35 comments

  1. Makasih tips bang Dion Bimasakti. Pengen sekali bisa mengikuti jejak teman-teman yang sudah melahirkan karya. Aku kapan ya?
    Semoga makin sukses dan makin banyak karya yang dilahirkan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semoga segera menyusul karyanya. Amien, makasih doanya sob... :)

      Delete
  2. mantan yang mulai gendutan... :-D weka weka weka


    Ternyata kita mempunya kesamaan yang beda tipis menuliskan apa yang digelisahkan :-D,
    anyway makasih atas tips-tipsnya... sangat menginspirasi untuk penulis pemula sepertiku....

    ReplyDelete
  3. Thank's Blogger Energy !!! Semoga menginspirasi. :)

    ReplyDelete
  4. Semangat bro buat buku keduanya dan jgn dilupain stand up comedy nya ya!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sip, doakan selalu, bisa nemu materi untuk open mic. Hahaha

      Delete
  5. obrolan yang bermanfaat. Semoga buku keduanya segera terbit.
    Nulis komedi pake hati.Keren tuh, semoga aku cepet punya buku juga.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Amien, makasih doanya. Gue tunggu karyamu di Gramedia !!

      Delete
  6. soal nulis kayaknya saya ini paling banyak bikin alasan
    nggak sempet lah, nggak ada waktu dsb.
    iya bner sih harus bagi waktu dan fokus nulis tapi ya masih bingung nentuin waktu pas buat nulis malaem ngantuk sore sibuk pagi kerja ya agak sulit sih

    milih penerbit yang sesuai dan tahu syarat mereka itu penting banget ya mas

    ReplyDelete
    Replies
    1. Penting banget !! Setidaknya lebih penting daripada mikirin gebetan yang gak pernah ngasih kepastian. *eh

      Delete
  7. Btw gue udah baca bukunya Dion ini... dan gue suka, bagus kok bukunya~

    Semoga apa yang diomongin Dion sama Tebe disini bisa jadi pelajaran buat yang lainnya yang pengen jadi penulis~

    ReplyDelete
  8. Iya bagus. Aku juga udah baca. yah semoga ada kesempatan buat bikin pelit juga kayak Dion. xD

    aamiin

    ReplyDelete
  9. Kapan naskahmu selesai dan masuk jadi jajaran buku di gramedia. Hahahaha ini pertanyaan yg dilema banget. Semenjak laptop gue rusak. Naskah gue entah di mana berada? Pengen banget mulai lagi buat nyelesaikan. Tapi, tapi itulah yang buat gue galau. Masih blm sanggup beli laptop. "Aduhh maafkan Pangeran yg curhat ini."

    Makasih Dion (seperti nama tokoh pencipta Capphi) buat support dan ide keren buat jadi penulis beneran. Sukses ya dion, buat buku keduanya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. denger kapan selesai naskah aja pasti udah gemeter mas. dilema banget.

      Delete
    2. Amien. Makasih doanya sob.. :)

      Delete
  10. Itu nama blognya salah tuh harusnya blogspot tapi disitu blogsot.

    Kalo dipikir lagi emang anomali gitu kalo penyiar radio trnyata jomblo kan harusnya banyak yg suka dan ngefans gitu ya. Minimal ngefans dengan suaranya.

    Susah juga ya mau jadi penulis, jangankan untuk nulis naskah novel mau nulis buat blog aja susah *curhat* terus novel komedi yang bikinnya harus bener-bener lucu. Kan gak lucu kalo novel komedi tapi kata orang-orang yang beli gak lucu.

    Semoga sukses buat bang Dion, moga-moga buku keduanya segera selesai.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Amien. Makasih doanya sob. Gue tunggu karyamu !!

      Delete
  11. terimakasih mas dion buat sharing infonya :))

    kalo berbicara tentang nulis, yang paling ngeselin adalahan pengembangan kata. masalah ide udah menumpuk, tapi bingung menyalurkannya lewat kata kata harus yang gimana dan seperti apa.
    yang kedua tentu aja paling males buat ngereview ulang. atau editing. berhubung belum punya editor, terkadang proses editing itu menjemukan bikin kliyengan.

    semoga nanti aku bisa menyusul dirimu bang, sukses buat bukumu selanjutnya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Gue tunggu bukumu nangkring di Gramedia. Amien, makasih doanya sob.. :)

      Delete
  12. Kayaknya emang bang Radit yang bikin orang-orang mulai tergerak buat nulis dan menumpahkan kegelisahannya. Aku juga kayak mas Dion ini, berani nulis gara-gara terinspirasi dari bang Radit.

    Semoga bisa nyusul dah, walaupun belum tergerak buat ngebikin konsep :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yups, kita punya inspirator yang sama. Ayok, nulis !!

      Delete
  13. Wah, jadi termotivasi buat konsisten nulis nih..

    Btw, gue setuju sama Dion, membagi waktu itu susah. Gue aja sampe kelabakan, dan endingnya pasti ada salah satu yang dikorbankan. Efek orang yang terlalu kreatif kali ya, jadi pengen ngelakuin ini-itu, hahahaa..

    Buat gue, gak usah muluk-muluk bikin naskah, konsisten nulis seminggu sekali aja udah sukur :v

    ReplyDelete
  14. Gue udah baca bukunya. Iya, ada komedinya dan juga ada pesan yang disampaikan. Keren bukunya.

    Temen-temen gue juga suka nyengir sendiri pas baca buku Jomblosaurus. Keknya sekarang banyak novel komedi yang menyimpan pesan. Ayo blogger lainnya buat tantangan sama diri sendiri untuk nulis lebih baik.

    ReplyDelete
  15. seru juga ya kalo ngeliat pengalaman menulis buku gitu, eh tapi pas kita rasain ga se seru apa yg di tulis diatas. tetep semangat menulis buku om dion, semoga cepet dapet jodoh yang penulis juga deh biar semakin yahudd. :D

    ReplyDelete
  16. Selamat Dion sdh menelurkan buku. Smg laris manis ya meskipun sibuk kuliah, jd penyiar dan menulis smg lancar deh
    Btw aku blm baca bukunya :(

    ReplyDelete
  17. Wah gila juga ya ngatur waktunya Kuliah-penyiar-penulis. Keprok keprok deh buat bro Dion

    Tp gue belum baca bukunya, gak ada niatan buat bagi bagi buku gratis nih? ahahk

    ReplyDelete
  18. Thks sobat sudah sharing informasinya

    http://asepuseup.blogspot.co.id/2015/11/racikan-essen-umpan-galatama-ikan-mas.html

    ReplyDelete
  19. Eaaakkkk pertanyaan penutup kamu Be, kok ngena banget ya. Wahhh keren banget Mas Dion, bisa ngebagi waktu segitunya. Kutaksangguppppppp *nyanyi

    Btw, semoga proses penulisan buku kedunya lancar ya Mas Dion.

    ReplyDelete
  20. Eaaakkkk pertanyaan penutup kamu Be, kok ngena banget ya. Wahhh keren banget Mas Dion, bisa ngebagi waktu segitunya. Kutaksangguppppppp *nyanyi

    Btw, semoga proses penulisan buku kedunya lancar ya Mas Dion.

    ReplyDelete
  21. Wah semangat bang. Semoga buku barunya rilis lagi!

    ReplyDelete
  22. sangat menginspirasi bang,!
    semoga gue juga bisa cepet buat karya.

    ReplyDelete
  23. Entah kenapa aku suka banget baca pengalama-pengalaman penulis sampai bisa nerbitin buku, kebanyakan sih mereka terinspirasi dari Raditya Dika. aku termasuk salah satunya, tapi belum nerbitin buku sih, masih memulai belajar menulis..

    ReplyDelete