[ALIS] Showing Vs Telling
“Please, maafin aku.” Cowok itu masih memohon di
hadapanku. Beberapa saat setelahnya, genggaman keras itu berubah menjadi
sentuhan lembut di ujung-ujung jemari. Ia menekuk lutut dan menatapku dalam.
Aku mengembuskan
napas panjang. Kugigit bibir bawah dengan resah. Keyakinanku mulai goyah jika
ia sudah bertekuk lutut di hadapanku sambil menyorotkan pandangannya
dalam-dalam.
“Aku tau aku salah,
tapi tolong kasih aku kesempatan.” Kini sorot matanya berubah memelas.
Aku tak menjawab.
Kubiarkan detik jam di ruang tamu mengisi keheningan di antara kami.
“Maaf, aku nggak
bisa.” Akhirnya aku menjawab sembari menarik tanganku. Aku memegang bahunya,
menariknya perlahan hingga ia berdiri. Aku mendongakkan kepala sedikit untuk
bisa menatapnya. “Kalo masalah dicuekin demi kerjaan, aku masih bisa tahan.
Masalah gak bisa ketemu tiap minggu, aku masih bisa nunggu. Masalah belum dapet
restu, aku masih mau memperjuangkan. Tapi untuk masalah dikhianati, aku lebih baik
memilih pergi.” Mataku mulai terasa panas.
Cowok itu mematung.
Aku bisa melihat sorot matanya dipenuhi rasa bersalah. “Aku… aku bener-bener
minta maaf.” Tiba-tiba saja aku merasa kepalaku sudah ada di ujung bahu
kirinya. Tangan kekarnya sudah mendekapku erat—seakan tidak ingin melepasku
pergi. “It just
happened.”
Bibirku diam. Biarlah
tetes yang jatuh membasahi bajunya, melukiskan perasaanku malam ini.
---
Tebe sedih deh sama yang jadi ceweknya. Udah kena LDR, belum direstuin, ujung-ujungnya
diselingkuhin pula. Di zaman sekarang, masih ada ya cowok setega itu? Huh! Eh
tapi sebenernya yang mau Tebe bahas di sini bukan tentang perselingkuhan kok.
Biarlah itu jadi urusan si cewek dan si cowok. Tebe di sini mau bahas tentang showing vs telling. Hayooo, udah
pada tau kan apa showing vs telling itu?
Jadi singkatnya, showing
means memperlihatkan. Sementara telling
means memberitahukan. Udah ngerti? Ya
udah kalo udah ngerti kita udahin postingan ini sampe sini. Semoga bermanfaat
ya infonya! *minta ditampar ranger*.
Ya udah sekarang siapin catetan, pulpen dan laptop. Karena kalo udah paham
materinya, kalian wajib langsung praktik buat latihan ya.
Terus maksudnya apa sih Be showing vs telling tuh? Jadi maksudnya, dalam membuat fiksi, kalian harus
pintar-pintar mengombinasikan antara showing
dan telling. Sebenernya sih lebih
baik kalo kalian memperbanyak penggunaan showing
daripada telling. Kenapa? Karena
cerita itu lebih enak dibaca jelas daripada singkat kan? Contohnya ya cerita yang
Tebe buat di atas. (Itu kalo masih kurang pas boleh dikoreksi ya temen-temen,
Tebe juga masih belajar). Sekarang Tebe mau coba bikin cerita di atas dengan
versi telling yang lebih banyak.
Jadinya gini.
“Aku bilang aku gak
mau!” aku marah.
“Please, maafin aku.” Cowok itu meminta maaf.
Aku tiba-tiba merasa resah.
“Aku tau aku salah,
tapi tolong kasih aku kesempatan.”
Aku diam cukup lama.
“Maaf, aku nggak
bisa.” Jawabku. “Kalo masalah dicuekin demi kerjaan, aku masih bisa tahan.
Masalah gak bisa ketemu tiap minggu, aku masih bisa nunggu. Masalah belum dapet
restu, aku masih mau memperjuangkan. Tapi untuk masalah dikhianati, aku lebih
baik memilih pergi.”
Cowok itu diam. “Aku…
aku bener-bener minta maaf.” Ia langsung memelukku. “It just happened.”
Aku menangis di
bahunya.
Inti dari kedua cerita di atas sebenernya sih sama aja, tentang
pertengkaran cowok dan cewek. Tapi bedanya yang satu meninggalkan kesan, yang
satu lewat gitu aja karena cuma ngasih tau. Nah, ini dia yang harus dikuasai
penulis—terlebih fiksi—untuk bisa meninggalkan kesan ke pembaca. Lewat sebuah showing!
Nih, ada beberapa tips yang Tebe dapet dari Daily Writing Tips (sedikit editan) gimana
sih biar showing yang kita buat itu
enak dibaca. Siap?
Gunakan dialog.
Kenapa harus lewat dialog? Karena dengan penggunaan dialog, kalian punya
kebebasan untuk mengeksplor karakter atau mood-nya
si tokoh. Gini contohnya.
“Aku nggak tau!” dahinya
mengernyit dengan mata menyipit menatapku.
“Aku nggak tau, kok.”
Jawabnya dengan suara nyaris tak terdengar.
“A… aku eng… enggak
tau.” Ia langsung menunduk dengan bibir yang masih bergetar.
Untuk dialog pertama, Tebe ngegambarin tokoh dengan karakter pemarah.
Udah jawabnya sensi, pake nyipitin mata segala lagi. Orang kayak gini tampar-able nih :D. Kalo di dialog kedua, Tebe
ngegambarin tokoh dengan karakter pendiam. Keliatan dari cara dia jawab aja
lembut, terus suaranya pelan banget. Sedangkan di dialog ketiga, Tebe
ngegambarin tokoh dengan karakter penakut. Liat kan dia jawabnya gugup? Udah
gitu langsung nunduk lagi pas udah jawab. Ngerasain kan perbedaannya?
Gunakan deskripsi
Hati-hati nih, banyak orang yang salah dalam mendeskripsikan cerita. Ini
bukan hanya sekadar memasukkan kata-kata deskriptif, tapi kalian harus
pinter-pinter milih. Gimana membuat deskripsi cerita yang bisa menunjukkan showing, bukan telling. Harus tepat, jelas, dan nggak boros kata. Mari kita liat
contoh di bawah ini.
Dilan duduk di kursi
beranda rumahnya.
Itu kalimat deskripsi, bener. Kalimat itu menggambarkan kalo Dilan lagi
duduk di kursi. Tapi sama sekali nggak berkesan karena itu just tell. Beda lagi ceritanya kalo gini.
Dilan memandangi
pancuran air kolam. Sudah lama ia duduk di kursi beranda rumah, tapi sejak tadi
hanya itu yang dilakukan. Pikirannya sedang dipenuhi oleh rasa penyesalan. Ia
menyesal karena lebih memilih paket beef cheese burger ketimbang buku
yang sudah diincarnya sebulan lalu.
Contoh kedua pun sama deskripsi, menggambarkan kalo Dilan lagi duduk di
kursi. Tapi bedanya itu memberikan gambaran dari informasi dasar
yang-cuma-sekadar-duduk-di-kursi. Di contoh kedua, Tebe ngejelasin ngapain
Dilan duduk di situ, kenapa dia ngelamun, dan gimana tentang perasaannya. Dan
itulah showing.
Jangan Berbelit-belit
Kalo tips ini memang agak susah. Tebe pun sering ngalami kesulitan
karena kadang suka mentok buat nemuin diksi yang pas. Gimana contoh yang
berbelit-belit?
Aku mulai meneguk
beberapa teguk air mineral dalam botol yang sudah kugenggam sejak tadi.
Aku belum pernah merasakan
perasaan ini sebelumnya seumur hidupku hingga saat ini.
Emang agak ribet sih, bacanya. Nah saran Tebe kalo kalian kesulitan buat
nentuin gimana kalimat yang pas, coba pangkas beberapa kata aku modifikasi.
Untuk kalimat pertama, Tebe liatnya lebih enak dipangkas. Jadinya kayak gini.
Aku mulai meneguk air
mineral dalam botol itu. Lebih singkat dan padat. Sedangkan untuk kalimat kedua, Tebe lebih enak
kalo memodifikasi biar jadi kayak gini.
Jantungku mendadak
berderap cepat. Lututku sering terasa lemas jika tanpa sengaja aku melihat
senyumnya. Hatiku bahkan seringkali mencelus setiap pandangan kami bertemu. Ah,
sejak kapan perasaan ini bersemayam? Kenapa rasanya aneh? Dengan tambahan
kalimat di akhir paragraf, membuktikan kalau dia belum pernah ngerasain perasaan
aneh itu sebelumnya.
Nah dari tadi kan Tebe sering bahas showing
mulu, kalo telling-nya gimana? Kalian
boleh kok pake telling untuk beberapa hal nggak begitu penting.
Misalnya kayak si tokoh yang lupa mandi. Atau untuk informasi yang membosankan. Misalnya kayak si tokoh mau pergi
tidur. Dan terakhir untuk informasi yang
lebih gampang pake telling.
Misalnya kayak kalian ngasih tau kalo si tokoh mau pergi ke suatu kota.
(dikutip dari twitter-nya Raditya
Dika).
---
Horeee, akhirnya selesai juga Tebe ngoceh-ngocehnya. Pasti udah pada
bosen, ya? Ya udah kita sudahi aja obrolan kita kali ini. Sebelum pulang, Tebe
mau kasih ocehan lagi. Untuk bisa menghasilkan kalimat showing yang bagus,
kalian nggak bisa cuma ngandelin teori. Tapi harus mau riset, harus mau
nambahin wawasan, dan yang paling penting, latihan!
Karena kunci dari menulis sukses itu bukan hanya sebanyak apa materi yang kita dapet, tapi juga sesering apa kita berlatih.
Ya udah, Tebe udah ditungguin pacar mau jalan nih. Tebe pamit ya, see you lagi kapan-kapan! *lambaikan
tangan sambil senyum jahat*
Ps: postingan di atas nggak cuma buat penulis fiksi kok. Buat kalian blogger yang suka cerita keseharian,
teknik showing itu boleh kalian coba
biar makin terlatih :D
[ALIS] Showing Vs Telling
Reviewed by rara evelin
on
09:30
Rating:
thanks tebe
ReplyDeletebisa saya pelajari nih tipnya
karena jujur setiap saya nulis pasti selalu menjurus ke arah telling dripada showing
jadi rada kaku dan gimana gitu. sering tuh dapet kritikan dari temen soal penulisn
pelajaran sangat keren nih dari tebe . detail dari penjelasan buat aku cepat paham . Thanks Tebe
ReplyDeleteNgga, be. Nggak bosen. Sering-sering kasih tips nulis ke kita-kita ya!
ReplyDeleteWah tipsnya sangat berguna, terima kasih infonya.
ReplyDeleteKayaknya fiksi saya sering ke versi telling, tapi showing juga biasa pake. Dan juga cerita saya biasa berbelit-belit, pendeskripsiannya terlalu panjang. Soalnya belum berpengalaman menulis fiksi, saya harus banyak latihan...
Kereeen! Selama ini bikin fiksi nggak pernah merhatiin hal-hal gini nih, terima kasih tebe cantik! :))
ReplyDeleteAsikkkk, Tebenya udah ketawa jahat aja sama gyerz yang lain. Gue antara mau komentar sama maksain diri. Takut menghujat diri ini yang selalu sendiri di kamar mandi, makan hati. "Abaikan.."
ReplyDeleteShowing vs Telling, ya. Sejujurnya, gue dalam teknik nulis syahdu sering make showing. Pasalnya, kurang kental diksi yang mau dipake, kalo gak pake showing. Bener kata tebe, mending sering pake show aja, biar pembaca semakin merasakan apa yang penulis bayangkan. Kadang, pengen buat show, tapi malah ngejelimet : andai hari itu aku tak lagi berdiri dalam hari yang tak berakhir. Syukurnya Tebe cantik satu ini, udah ngajarin.
Jadi, Pangeran bisa menerapkan deh. Ilmunya.. Makasih Tebe...
sbenernya teknik showing sama telling ini klo gak salah pernah aku baca dari radit. entah itu soal novel ato stand up comedy nya.. yg jelas, teknik itu membantu banget agar ceritanya enak dibaca.
ReplyDeletebtw aku jarang sih merhatiin ginian. pantes postingan ku ancur2an
tips ini kayaknya bakal ngebabtu gua dalam nulis postingan yg berbau fiksi.
ReplyDeletejujur saja gua baru denger istilah ini, biasalah gua kan blogger wannabe XD
untuk kedepannya banyakkin lagi tips-tips menulis kayak gini ya TeBe XD
wahaha asik banget tipsnya, meskipun udah tau lama tentang showing telling kayak gini tp kadang suka hilap diterapkan kalo lagi nulis haha
ReplyDeleteanjrit Be. gue selama ini telling banget yaaaaa ...... “Kalo masalah dicuekin demi kerjaan, aku masih bisa tahan. Masalah gak bisa ketemu tiap minggu, aku masih bisa nunggu. Masalah belum dapet restu, aku masih mau memperjuangkan. Tapi untuk masalah dikhianati, aku lebih baik memilih pergi.” Mataku mulai terasa panas. gue suka kalimat ini. ada yang teeeet di hati
ReplyDeleteYeeah Dapat pengetahuan baru tentang dunia menulis lagi ni
ReplyDeleteterima kasih ya
semangat menulis bertambah karena postingan ini
Ini dia showing vs telling yg biasanya dianggap lalu sama gw hhe...
ReplyDeleteThanks kak udah ingetin lagi :-D
tips showing sebnernya udah aku dapetin pas dulu dikasih tau sama Alitt Sutanto, jadi pembacanya bisa bener bner ngebayangin kayak gimna situasinya... tapi pas nulis aku lebih suka pake telling, soalnya showing agak kepanjangan dan cukup belibet hehehe.
ReplyDeletemakasih banget ya tipsnya tebe yang kece
masih harus terus, terus, dan terus belajar!
ReplyDeletemasih sering telling ternyata :' fufufu
yosh, makasih TeBe udah selaluuuuu berbaik hati bagi-bagi ginian :3
Thankyou Dwi buat pembahasan yang sangat berguna buat yang lagi belajar bikin cerpen termasuk aye...kadang aku juga suka bikin cerpen yang kurang kuat deskripsinya, jadi terkesanterburu buru dan dikejar setan...emang bener sih ya, jadai cerpenis yang baik itu harus berlatih sesering mungkin, semakin sering maka semakin bagusss... :)
ReplyDelete